Saya masih memandang sebuah bingkai foto
berwarna kelabu, Ya! Ada foto saya dan dia (mantan) didalam sana. Lebih kurang
2 Bulan yang lalu saya dan dia memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami yang
sewajarnya tidak sampai membuat saya murung 2 bulan terakhir ini, Kami menjalin
hubungan yang disebut 'Pacaran' hanya 6 Bulan, Tapi selama 6 bulan itu terlalu
banyak cerita yang dia goreskan didalam hati saya. Teman-teman saya bilang
kalau saya ini berlebihan. Tapi mereka tidak tau apa yang saya rasakan bukan ? Hati
saya ya hati saya.
-Flashback-
“Rin,
saya mau bicara soal ini sama kamu. Tapi bukan maksud saya untuk melakukan ini”
Ucap Dino sembari menempelkan telapak tangannya di punggung tangan saya dengan
lembut.
“iya
ada apa sih no, jangan buat saya deg-degan seperti ini”
“Eummh,
saya, saya, saya mau kita mengakhiri hubungan ini rin”.
Dino berkata terbata-bata, tampak dari ujung
dahinya mengeluarkan tetesan air yang bernama keringat. Sedangkan saya masih
datar, tanpa ekspresi, saya hanya gemetar..
“kenapa
kamu minta mengakhiri hubungan ini no ? saya rasa kita baik-baik saja, bahkan
saya pikir hubungan kita indah tidak ada masalah apa-apa. Perlahan Saya menarik
Tangan yang digenggam Dino dan kemudian meletakkannya diatas kedua paha saya.
“kamu
benar rin, kita tidak ada masalah apa-apa. Saya yang jadi masalah dalam
hubungan ini. Maafkan saya Rina, tapi keputusan ini sudah bulat saya ambil. Saya
sayang kamu. Trimakasih untuk sebagian waktumu 6 bulan terakhir ini” kemudian
Dino beranjak dari duduknya, berjalan kearah kursi saya kemudian menghela poni
yang menjuntai didahi saya untuk kemudian mengecup kening saya.
Dingin sekali bibirnya malam ini, lirih saya
dalam hati.
Sepeninggalan Dino dari balik ujung pintu
masuk cafe, saya hanya bisa diam dengan tetesan demi tetesan air mata yang
jatuh dipipi saya. Saya bingung haru berbuat apa. yang ada dibenak saya
hanyalah ‘saya sudah gagal menjalani sesuatu yang saya buat sendiri’.
----
“rin,
pleasa jangan siksa diri kamu seperti ini, kamu masih muda. Banyak hal yang
bisa kamu perbuat selain bersedih seperti ini” Nina tiba-tiba berada tepat diujung
sofa yang saya duduki sambil melihat nanar foto yang saya pegang. Ya, Nina
sahabat saya sejak SMA, dialah yang paling mengerti saya tanpa harus saya
bercerita kepadanya. Tapi entah lah, beberapa hari ini dia selalu berkata
seperti itu, saya sampai gerah mendengarkannya. Walaupun saya tau maksud dia
sangat baik. Saya memang selalu seperti ini jika sudah berada dirumah. Sejak kejadian
2 bulan yang lalu setelah Dino meminta untuk mengakhiri hubungan kami. Saya yang
tadinya karyawan paling semangat dan ceria berubah drastis menjadi kawyawan
yang sangat sensitif, penyendiri dan paling jarang tertawa. Jangankan untuk
tertawa, untuk tersenyum pun saya sulit melakukannya. Dino sepertinya punya
daya tarik tersendiri dalam diri saya sampai saya seperti ini dibuatnya. Tapi saya
heran, mengapa Dino seperti itu, dia tidak pernah memberi alasan, bahkan untuk
menghubungi saya sejak hari itu pun tidak ada. Saya sudah mencoba menghubungi
nomor rumah dan kantornya. Tapi mereka bilang Dino sudah tidak ada disana lagi,
bodohnya saya, tidak pernah mengenal orang terdekat Dino. Dino kamu diama ?
saya rindu...
numpang senyum :D
BalasHapusmonggo :)
BalasHapusduh jadi nangis nih.. :D
BalasHapusHehehe!
Kunjung balik yah..
thanks :)
BalasHapus